Senin, 22 April 2013

Buah Kelengkeng Pembawa Berkah


Rp 90 Juta Setahun dari Penangkaran Kelengkeng
Bukan hanya pedagang yang bisa menikmati keuntungan dari kelengkeng. Penangkar tanaman buah, khususnya kelengkeng di KM 12,5 Medan - Tanjung Morawa, M Arifin, dalam setahun bisa meraup untung hingga Rp 90 juta dari penjualan bibit kelengkeng yang dipasarkan mulai dari  Sumut sampai Aceh.
Ditemui di rumahnya yang halamannya dijadikan sebagai  kebun untuk ribuan batang bibit kelengkengnya, Arifin mengatakan, prospek bisnis menangkarkan tanaman, khususnya buah sangat menguntungkan. Dari pengalamanya sejak memulai menangkarkan tanaman, 7 tahun lalu, dalam setahun, ia bisa mengantongi untung Rp 90 juta.

Keuntungan tersebut diperolehnya dari memasarkan bibit kelengkeng dari Sumut hingga Aceh. Tingginya peminat tanaman kelengkeng dikarenakan mudahnya dalam membudidayakannya daripada tanaman buah lain. Selain itu, harga jual yang cukup tinggi. "Menangkarkan tanaman ini tak jauh beda dengan jual buahnya, selalu banyak peminatnya," katanya.

Pria berusia 61 tahun ini mengatakan, dibandingkan Sumut, permintaan bibit dari Aceh lebih banyak. Dalam sebulan, ia bisa mengirimkan ribuan batang bibit ke Aceh. Permintaan bibit kelengkeng ke Aceh paling banyak terjadi pada tahun 2007, permintaannya mencapai ribuan batang. "Permintaan selalu banyak, bahkan tidak terhitung lagi," katanya kepada MedanBisnis, beberapa waktu lalu.

Untuk memenuhi banyaknya permintaan setiap bulan dirinya menyiapkan lebih dari 10.000 batang bibit kelengkeng yang diperbanyak dengan cara menyambung. Untuk batang bawah ia menggunakan kelengkeng jenis puangray, sementara untuk batang atas disesuaikan dengan varietas yang diinginkan, bisa pingpong, hawai ataupun arroma madu.

Selain untuk memasok kebutuhan bibit ke Aceh, bibit tersebut juga untuk dipasarkan di Sumut, seperti di Langkat, Deliserdang, Tapanuli Selatan, dan lainnya. Setiap bibit yang dijualnya harganya bervariasi. Mulai dari Rp 15.000 per batang untuk bibit yang berusia 3 bulan. Sedangkan untuk bibit yang sudah berusia 8 bulan, dihargainya Rp 50.000 per batang. "Selain pembeli dari luar daerah, banyak juga masyarakat sekitar yang membeli bibit kelengkeng kemari, meskipun dalam jumlah yang tak sebanyak dari luar daerah," ujarnya.

Banyaknya permintaan bibit kelengkeng karena mudahnya budidaya kelengkeng. Pada usia setahun, tanaman kelengkeng sudah belajar bunga dan buah. Pada usia 2 - 3 tahun, tanaman kelengkeng sudah menghasilkan. "Karena alasan tersebut, membudidayakan kelengkeng walaupun tidak banyak bisa menguntungkan," ungkapnya.

Sejak awal ia menangkarkan bibit kelengkeng dari Vietnam, Thailand, Malaysia. Selain itu,  ia juga menangkarkan bibit lokal. Bibit dari luar seperti puangray, aroma durian, pingpong, hawai, diamond river. Semetara untuk kelengkeng lokal ada kelengkeng Langkat.

Menurutnya, setiap varietas memiliki kelebihannya masing-masing. Misalnya, kelengkeng puangray, memiliki rasa manis, daging tebal dan kulitnya yang tipis serta menjadikannya kelengkeng primadona. Begitu juga dengan kelengkeng aroma durian. Disebut demikian lantaran memiliki aroma seperti durian dan rasa yang manis.

Sedangkan kelengkeng pingpong, hawai, dan diamond river memiliki banyak kesamaan baik dari rasa maupun tekstur daging yang tebal. Perbedaannya terletak pada ukuran. Kelengkeng pingpong misalnya, ukurannya besar hampir seperti bola pingpong. Sedangkan hawai dan diamond river lebih kecil. "Tapi kalau kelengkeng pingpong ini bisa berbuah sepanjang waktu, setelah  berbuah, di dahan lain muncul bunga dan bakal buah, begitu seterusnya," katanya.
Dengan spesifkasi demikian, tak heran jika dalam setiap panen, kelengkeng pingpong bisa menghasilkan 100 kg dan tanpa harus takut kehabisan buah ketika setelah panen. "Kalau kelengkeng pingpong ini ditanam dalam jumlah yang banyak, setiap kali panen bisa diperhitungkan keuntungannya. Apalagi kelengkeng pingpong merupakan salah satu  kelengkeng yang paling banyak dicari pasar," ungkapnya. (n dewantoro)

sumber : Medan Bisnis

0 komentar:

Posting Komentar