Senin, 22 April 2013

Budidaya Kelengkeng Ternyata Mudah

Teknik Budidaya Mudah
Tak perlu ragu untuk mencoba bertanam kelengkeng karena mudah dibudidayakan. Tak harus surut jika lahan yang dimiliki tak begitu luas karena tetap bisa tumbuh dengan baik di pekarangan rumah.
Arifin menerangkan, kelengkeng yang juga dikenal dengan sebutan lengkeng, akan tumbuh baik jika di tanam di dataran rendah antara 200 - 600 meter di atas permukaan laut (mdpl). Dengan keadaan iklim yang basah dan curah hujan yang cukup. Namun demikian, pada dasarnya tanaman kelengkeng mudah beradaptasi dengan iklim sekitar. Misalnya untuk ditanam di Medan, Deliserdang, Serdang Bedagai, kelengkeng tetap bisa tumbuh dengan baik. "Pembudidayaannya tidak rumit, yang penting air cukup," katanya kepada MedanBisnis.

Dijelaskannnya, untuk memulai budidaya, akan lebih baik jika bibit yang digunakan merupakan hasil dari okulasi karena waktu pertumbuhan lebih cepat. Sementara jika dengan biji, harus bisa menunggu waktu lebih dari 5 tahun baru bisa menghasilkan buah. "Kalau dengan bibit okulasi, umur setahun sudah bisa belajar buah, 2 tahun sudah menghasilkan dan usia ke 3 sudah bisa untung," katanya.

Kemudian, untuk tempat penanaman, bisa ditanam dengan menggali lubang terlebih dahulu sedalam sekira 50 cm. Dengan kedalaman tersebut, tanaman akan mudah untuk tumbuh. Dan untuk memacu pertumbuhannya, bisa ditambahkan dengan penggunaan pupuk kompos yang dicampurkan dengan tanah penimbunnya.

Setelah ditanam, yang harus dilakukan agar bisa tumbuh baik antara lain memberikan pupuk yang bisa memacu pertumbuhannya. Selain itu, sanitasi mencegah munculnya hama seperti semut dan jamur juga harus dilakukan karena jika tidak bisa mempengaruhi pertumbuhan bunga dan buah.
Menurutnya, yang tidak kalah pentingnya adalah melakukan pemangkasan terhadap cabang-cabang yang tidak berguna, semisal yang sudah mengering. Pasalnya, rimbunnya daun juga bisa berperngaruh terhadap produktivitas buah. Selain itu, banyaknya percabangan mengakibatkan pertumbuhan bunga terganggu karena sinar matahari kurang maksimal didapatkan. "Karena tanaman ini termasuk  yang butuh cahaya matahari yang cukup yang bisa membantu pertumbuhan bunga dan buahnya," katanya.

Sementara untuk kebutuhan air, kelengkeng termasuk jenis tanaman yang tidak memerlukan banyaknya air. Karena itu, tanaman tersebut tidak boleh terrendam air. Selain itu, jika di batang atau cabangnya terdapat benalu, harus segera dipangkas karena bisa mengganggu pertumbuhan batang ataupun bunga dan buahnya. "Kalau sampai tumbuhnya benalu banyak, kita bisa rugi lah, nampaknya aja rimbun tapi kalau ternyata benalu, ya jelas tidak menguntungkan," katanya.

Meskipun kelengkeng merupakan tanaman yang mudah tumbuh namun jika terdapat gangguan munculnya bunga, maka bisa saja tanaman kelengkeng tidak menghasilkan. Akibat dalam jangka  pendek, munculnya bunga yang terganggu memperlambat munculnya buah. Dalam waktu yang lebih lama, buahnya bisa saja tidak muncul sama sekali.
Padahal, lanjut Arifin, pada bulan Juli sampai dengan Oktober, bunga muncul dan 2 - 3 bulan kemudian baru muncul bakal buahnya. "Umur 1 tahun saja, kelengkeng sudah belajar buah, setahun kemudian sudah bisa menghasilkan secara maksimal," ujarnya.
Namun demikian, menurutnya kelengkeng memiliki musim panen yang mana produksinya bisa mencapai 250 kilogram - 500 kilogram dari setiap pokoknya yakni pada bulan Januari dan Februari. Meski demikian, petani tidak perlu khawatir karena kelengkeng juga tetap bisa berproduksi di luar bulan Januari - Februari. "Karena pada dasarnya buah kelengkeng bisa berbuah sepanjang tahun, tapi jumlahnya saja yang sedikit," katanya.
Meskipun jumlahnya sedikit, namun jika jumlah pokoknya banyak kemudian dikalkulasikan jumlahnya juga bisa berlipat sehingga keuntungan juga banyak. "Maka itu, semakin banyak jumlah pokoknya semakin besar untungnya," ujarnya.
Apalagi, selama ini investasi di tanaman buah saat ini belum banyak dilakukan. Kebanyakan masyarakat lebih tertarik di bidang perkebunan. "Investasi di tanaman buah masih sedikit, ini menjadi peluang bagi siapapun untuk mengembangkannya dalam skala yang lebih besar, karena kita bisa lihat di pasar buah, kebanyakan buah dari impor, padahal kita dengan luas lahan yang dimiliki sangat potensial untuk mendapatkan keuntungan yang besar," ujarnya.( dewantoro)
Sumber : Medan Bisnis

0 komentar:

Posting Komentar